Suaralapagonews, 13 Juni 2024, dikabarkan bahwa Smelter Gresik mulai beroperasi. Tentu, pemerintah Indonesia akan sangat bangga. Sebab, dengan beroperasinya Smelter tersebut, akan menambah keuntungan bagi pemerintah Indonesia. Apalagi, bukan hanya Emas, tetapi jika Konsentrat itu mengandung Uranium.
Bukan tidak mungkin, Uranium akan menjadi satu-satunya keuntungan bagi pemerintah Indonesia. Bukan tanpa alasan. Di tahun 2009, informasi tentang Freeport telah menambang Uranium di Gunung Nemangkawi terbongkar alias "Bocor". Berdasarkan Kebocoran Informasi tersebut, Indonesia pada tahun 2009 sangat getol menekan Freeport untuk membuka Smelter di Indonesia.
Alhasil, memang direncanakan pembangunan Smelter di Papua. Namun karena komponen utamanya seperti Listrik belum tersedia maksimal, maka Indonesia melakukan penjajakan potensi listrik. Saat itu ditemukan, Sungai Mamberamo dapat menyumbang pasokan listrik. Oleh karena itu, pada tahun 2009 juga, Pemerintah Indonesia merencanakan Pembangunan PLTA Mamberamo.
China dan Australia tidak ketinggalan, malahan merekalah investor utama yang menanamkan modal sekitar 50 Triliun untuk pembangunan PLTA di Mamberamo. Nasib PLTA Mamberamo tidak diketahui sampai saat ini (atau memang informasi terkait ditutup). Barulah pada 2013, mantan Gubernur Papua Bas Suebu ditangkap dan ditahan KPK karena kasus korupsi. Memang awalnya, di tahun 2009, Bahlil, Luhut dan Bas Suebulah yang getol memperjuangkan megah proyek PLTA Mamberamo.
Di tahun 2013 - 2015, pembangunan Smelter di Papua mendapatkan tempat dalam wacana publik. Alm. Bapak Lukas Enembe selaku Gubernur Papua waktu itu secara getol memperjuangkan Otsus plus, PON XX dan Smelter di Papua. Terkait Smelter, Alm. Lukas Enembe "berhasil" membangun komunikasi dan menjaring investor dari China. Namun, beliau "tidak berhasil" atau mungkin beliau "digagalkan".
Sementara itu di pihak Pemerintah Indonesia sendiri, wacana pembangunan Smelter benar-benar diseriusi. Alhasil, di tahun 2016-2018 Indonesia berhasil mengandeng investor Jepang. Itupun dengan pembayaran mahal dari Freeport sendiri sebesar Rp. 43 Triliun.
Setelah ini berhasil, maka langkah selanjutnya adalah mempersiapkan pemicu Uranium. Pemicu Uranium adalah Nikel. Oleh karena itulah, Indonesia mulai berupaya memburu cadangan Nikel. Cadangan Nikel tersebut di temukan di Papua, di Pegunungan Arfak. Selain Nikel, juga ditemukan cadangan batu bara.
Perburuan Indonesia selanjutnya, setelah Smelter di Gresik, adalah Smelter Nikel dan Batu Bara di Sorong dan Pegunungan Arfak.
Langkah-langkah jitu telah dilakukan Indonesia sejak 2018-2022. Seperti peninjauan lokasi / eksplorasi, pencarian investor dan penetapan Sorong sebagai Kawasan Ekonomi Kreatif (KEK). Maka sekarang, setelah Smelter Gresik, selanjutnya adalah Smelter Nikel dan Batu Bara di Sorong dan Pegunungan Arfak tutupnya.
Reporter : Tim Redaksi Suaralapagonews.com