Notification

×

Iklan

Iklan

Fakta yang tidak pernah kita sadari:PETINGGI NEGARA ORANG KRISTEN INDONESIA IKUT BERPERAN AKTIF MELUMPUHKAN GEREJA-GEREJA DAN MENINDAS DAN MENJAJAH BANGSA PAPUA BARAT

Agustus 07, 2024 | Agustus 07, 2024 WIB Last Updated 2024-08-07T10:58:14Z
         Foto Pdt Dr. Zocrates S. Yoman

Fakta yang tidak pernah kita sadari:

PETINGGI NEGARA ORANG KRISTEN INDONESIA IKUT BERPERAN AKTIF MELUMPUHKAN GEREJA-GEREJA DAN MENINDAS DAN MENJAJAH BANGSA PAPUA BARAT

"Petinggi Negara orang-orang Kristen di Indonesia menjadi Judas Iskariot yang menekan orang-orang Asli Papua Barat atas nama agama Kristen, atas nama Tuhan Yesus dan atas nama Injil. Akibatnya, orang-orang asli Papua Barat dilumpuhkan dalam segala bidang".



Oleh Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman


Saya mengamati dan melihat, sejak Presiden RI (alm) Suharto sampai Presiden Ir. Joko Widodo memanfaatkan petinggi orang Kristen Indonesia untuk menekan, membujuk dan memaksa Penduduk Orang Asli Papua Barat untuk menerima dan mencintai ideologi dan nasionalisme Indonesia. 

Mereka atau para petinggi orang Kristen Indonesia selalu menggunakan dan memanipulasi Surat Rasul Paulus kepada rakyat di Roma, yaitu pasal 13:1-7, supaya para pemimpin gereja dan rakyat dan bangsa Papua Barat menerima bangsa kolonial firaun modern Indonesia untuk hidup dalam kenyaman palsu, kesadaran palsu, sejarah palsu, ideologi palsu, nasionalisme palsu, pembangunan palsu.

Petinggi Orang Kristen Indonesia menjadi penyambung lidah dan penterjemah agenda-agenda para penguasa kolonial firaun Indonesia yang rasis, pembohong, pencuri, perampok dan pembunuh.

Para petinggi orang Kristen Indonesia berkonspirasi dengan para penguasa kolonial firaun modern Indonesia dan datang ke Tanah Papua Barat untuk melumpuhkan dan menghancurkan kesadaran dan daya kritis para pemimpin gereja diTanah Papua Barat. 

Jadi, para pemimpin gereja dalam keadaan yang sudah dilumpuhkan dengan kesadaran palsu, kenyaman palsu, sejarah palsu, ideologi palsu, nasionalisme palsu, pembangunan palsu, mereka tampil di mimbar-mimbar gereja dan mengatakan:

"Umat Tuhan, kalian jangan melawan pemerintah, karena pemerintah adalah hamba atau wakil Allah. Umat Tuhan harus patuh dan taat pada pemerintah".

Sudah lama dari waktu ke waktu para pemimpin gereja, pendeta dan gembala dalam keadaan yang lumpuh dari mimbar-mimbar gereja mereka berperan aktif melumpuhkan warga gereja. Gereja ikut terlibat menindas dan menjajah rakyat dan merampok hak hidup bebas bangsa Papua Barat sebagai sebuah bangsa merdeka dan berdaulat pada 1 Desember 1961.

Apakah benar atau tidak, baru-baru dalam tahun 2024 ini, saya mendengar para pemimpin gereja di Tanah Papua Barat diminta tanda tangan surat pernyataan yang isinya menyatakan, para pemimpin gereja mendukung NKRI harga mati ( harga wafat/almarhum) di Papua Barat.

Karena para pemimpin gereja sudah dilumpuhkan oleh para petinggi orang Kristen Indonesia, maka mereka menggunakan mimbar gereja dan dengan setia mendoakan pemerintah dari pusat sampai pemerintahan desa. 

Sebaliknya, dari mimbar tidak pernah dan belum pernah dengan seorang pendeta atau gembala berdoa untuk perjuangan Papua Barat merdeka.Mimbar gereja seharusnya menyampaikan perjuangan keadilan dan hak-hak politik rakyat dan bangsa Papua Barat. 

"Karena, Papua Barat Merdeka tidak dilarang oleh Tuhan, tidak dilarang Akitab, tidak dilarang oleh orang Kristen, dan tidak dilarang oleh Gereja Baptis. Yang dilarang Tuhan, dilarang Alkitab, dilarang Gereja, dilarang orang Kristen ialah jangan membunuh, jangan mencuri dan jangan berbohong sesuai dengan Kitab Suci, dalam sepuluh hukum Tuhan: "Jangan membunuh" (Keluaran 20:13).

(dikutip dari Sumber buku: Kita Meminum Air Dari Sumur Kita Sendiri: Yoman, 2024: 70).

Wakil Presiden Republik Indonesia Kiai Prof. Dr. Mar'uf Amin membentuk Papua Christian Center (PCC) hanya untuk mengelabui mata para pemimpin gereja yang berada dalam kesadaran palsu. Para pemimpin gereja diikat leher dan dibuat tidak berdaya untuk menyatakan kebenaran.

PCC dibentuk supaya kesan yang dibuat seakan-akan pemimpin Muslim di Indonesia memperhatikan orang-orang Kristen di Papua Barat, tetapi yang sebenarnya mereka menyembunyikan agenda mereka yang besar untuk jangka panjang di Tanah Papua Barat, yaitu Tanah Papua Barat mau direbut. 

23 tahun lalu, tepatnya pada 2001, dalam buku saya berjudul: Pintu Menuju Papua Barat Merdeka: Perjanjian New York 15 Agustus 1962 Dan Pepera 1969 Hanya Sandiwara Politik Amerika, Indonesia, Belanda dan PBB: Papua Barat Alom Wone (Akar Masalah Papua Barat), saya abadikan kekhawatiran sekaligus prediksi saya.

"Sepuluh atau dua puluh tahun ke depan orang asli Papua akan punah. Para pembaca, percaya atau tidak. Sepuluh atau dua puluh tahun ke depan orang-orang Indonesia akan mengatakan dengan dua pernyataan. Pernyataan yang dimaksud penulis sebagai berikut: 

(a) Dulu di negeri ini ada orang rambut keriting dan kulit hitam tetapi sudah hilang. Karena begini, begini, dan begini dengan berbagai alasan sebagai argumentasi pembenaran diri.

(b) Dulu di negeri Papua ini dihuni oleh mayoritas orang Kristen. Tetapi, sudah hilang karena begini, begini, begini dengan alasan-alasan sesuai versi dan selera orang-orang Indonesia".
(Yoman: 2001:66).

Para pemimpin gereja tidak sadar bahwa gereja mempunyai otoritas karena gereja didirikan oleh Tuhan Yesus Kristus di atas batu karang yang teguh.

"Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga..." (Matius 16:18-19).

Penguasa kolonial firaun modern Indonesia merasa sukses dengan gemilang sudah lumpuhkan para pemimpin gereja di Tanah Papua Barat dan gereja tidak bisa bersuara tegas, tegak lurus untuk kebenaran, keadilan, kesamaat derajat, martabat kemanusiaan dan perdamaian. 

Dalam kelumpuhan dan ketidakberdayaan ini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sudah menolong kita dengan 4 akar persoalan Papua Barat dalam buku Papua Road Map yang terus-menerus para pemimpin gereja suarakan, yaitu

1) Sejarah dan status politik integrasi Papua ke Indonesia;

 (2) Kekerasan Negara dan pelanggaran berat HAM sejak 1965 yang belum ada penyelesaian; 

(3) Diskriminasi dan marjinalisasi orang asli Papua di Tanah sendiri; 

(4) Kegagalan pembangunan meliputi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat Papua.

Semoga ada kesadaran. Terima kasih.

Selamat Membaca. Tuhan memberkati.

Ita Wakhu Purom, 6 Agustus 2024

Penulis: 
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua. 
2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
3. Anggota: Konferensi Gereja Pasifik (PCC).
4. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
__________

Kontak: 08124888458///081288887882
×
Berita Terbaru Update